Header Ads Widget

Gatot Nurmantyo Gelar Diskusi Webinar dengan Tema TNI vs PKI, Berikut Penjelasan Dudung Abdurachman Selaku Pangkostrad

Foto : Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman. (dok/ist)

Jakarta, jejaksiber.com - Terkait pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo pada diskusi webinar dengan tema "TNI vs PKI" yang diselenggarakan Insan Cita, mengenai diorama peristiwa G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad, Minggu malam (26/9/21).

Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, menjelaskan bahwa patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) memang sebelumnya ada di dalam museum tersebut.

"Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI AY Nasution (2011-2012)," kata Dudung kepada awak media ini melalui pernyataan tertulisnya, Senin (27/09/21)

Dudung mengungkapkan bahwa kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada beliau selaku Panglima Kostrad saat ini.

"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," pungkasnya.

Ia mengatakan, jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa pihaknya melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar.

"Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama, tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," ujar Dudung.

Jadi, menurutnya tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI.

"Itu tudingan yang keji terhadap kami dan seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad," ungkap Panglima Kostrad.

Pangkostrad menuturkan bahwa dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa.

"Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNi Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut," katanya.

Lanjut Dudung menegaskan, hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean.

"Demikian penjelasan kami, agar bisa dipahami dan tidak menimbulkan prasangka buruk terhadap kami sebagai pribadi, institusi Kostrad, maupun insitusi TNI AD," tegas Pangkostrad Letjen Dudung. (Surya Damanik/Red)