Header Ads Widget

Tinjau Karang Singa, Asops Danlantamal IV : Diperlukan Rekonstruksi Perubahan Pada Peta Laut

Foto : Tim Sahli bidang Hubint Panglima TNI meninjau langsung Karang Singa dari tengah laut. (dok)

Bintan, jejaksiber.com - Tim Pengumpulan Data dari Sahli Hubungan Internasional (Sahli Hubint) Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Prasetyo bersama Asops Danlantamal IV Kolonel Laut (P) Agus Izudin, Asintel Danlantamal IV Letkol Laut (P) Syariful Alam dan Kadiskum Lantamal IV Letkol Laut (KH) R. Deni Nugraha Ramdani, dengan KAL Mapur KAL Mapur 1-4-64 meninjau langsung ke Karang Singa di Bagian Timur Selat Singapura, Kamis (9/9/21) kemarin.

Setalah meninjau langsung di lokasi Karang Singa, di atas KAL Mapur 1-4-64 Asops Danlantamal IV mengatakan bahwa Karang Singa (Carter Shoal) merupakan gugusan Karang yang berlokasi di bagian Timur Selat Singapura dengan kedalaman sekitar 3 meter kedalaman berdasarkan pada peta laut No. 349 edisi kesembilan September 2017 (koreksi BPI No. 33-2017).

"Kedalaman Karang Singa berdasarkan hasil survei tahun 2010 berada pada 5,9 meter, posisi Karang Singa terletak antara batas garis TSS dan Pulau Bintan, sehingga masuk dalam kategori bahaya pelayaran bagi kapal-kapal yang berlayar di luar TSS," kata Agus.

Agus menambahkan bahwa Karang Singa bejarak 4.2 NM dari TD 194 di Tanjung Sading dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Distrik Navigasi Kelas I Tanjungpinang telah memasang Pelampung Suar bahaya terpencil dengan nomor DSI. 1109 (01°-16’ 07” N / 104° 22’ 18” E).

"Suar ini telah dipetakan dan menjadi bagian SBN yang krusial di Selat Singapura," pungkasnya.

Asops Danlantamal IV juga menjelaskan Karang Singa tidak memenuhi aspek hukum untuk dijadikan Low Tide Elevation (LTE).

"Diperlukan rekonstruksi perubahan dan modifikasi data serta informasi khususnya pada Peta Laut," ucap Agus.

Pada kesempatan yang sama, Kadiskum Lantamal IV juga menambahkan bahwa Low Tide Elevation (LTE) merupakan kedangkalan alamiah yang berada di atas permukaan air laut pada saat surut, yang jaraknya kurang dari 12 mil laut dari daratan utama atau pulau.

"Di atasnya dibangun mercusuar atau sarana bantu navigasi, maka LTE dimaksud dapat dijadikan sebagai titik dasar untuk penarikan garis pangkal Indonesia seperti contoh Karang Unarang di Pantai Timur Kalimantan Utara/Laut Sulawesi," ujar Deni. (Js)