Header Ads Widget

Masyarakat NTT yang Ada di Batam Tidak Ingin Sekedar Jadi Komoditas Politik Musiman

Suasana saat berlangsung diskusi panel. (Foto : dok/ist)

Batam, JejakSiber.com - Situasi sosial dan politik kerap memanas menjelang tahun politik, karena pada umumnya masing-masing pihak berusaha untuk memenangkan dukungan pada pemilihan Presiden maupun Legislatif.

Para partisan, simpatisan dan puritan menjadi alat pengendali bagi pihak-pihak yang haus akan kekuasaan (power syndrom) untuk mencapai tujuan dengan menghalkan segala cara baik ditingkat nasional maupun daerah.

Melihat budaya politik yang terkesan tidak sehat ini, Forum Demokrasi Pemuda NTT Kota Batam menggelar diskusi panel dengan mengangkat tema, "Membangun Kesadaran Komunal dalam Menyambut Tahun Politik 2024"

Diskusi panel yang dilangsungkan di Golden View Hotel Bengkong, Minggu (7/5/23) kemaren itu menghadirkan para Panelis dari latar belakang yang berbeda-beda dengan keahlian dan pengalaman praksis masing-masing, diantaranya, Ketua STIE Bantara Persada Batam, Agus Seleti Susilo Amojo, S.Pt., M.Si., Ketua Komisi Kerawam Kevikepan Utara Keuskupan Pangkal Pinang, RD. Laurensius Dihe Sanga, S.Fil., M.Hum., Panwascam Batu Ampar, Andreas Ara Songa, S.H., CPM., praktisi politik Anggota DPRD Kota Batam, Dominggus R.R Woge, dan dipandu oleh moderator Silvester Kopong Diaz Viera, S.E., M.M.

Melalui keterangan tertulis yang diterima media ini, Ketua panitia pelaksana, Saverius Seda menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk edukasi dan pendidikan politik kepada masyarakat akar rumput (grass roots), teristimewa masyarakat NTT yang menetap di Kota Batam agar melek politik dan sadar bersama sehingga tidak sekedar menjadi komoditas politik lima tahunan.

"Dimana harga diri kita yang hanya dihargai dengan angka-angka receh, beras sekarung, atau minyak goreng 2 liter," kata Saverius Seda.

Saverius Seda menuturkan, Forum Demokrasi Pemuda NTT Kota Batam ini tidak hanya sekedar membahas tentang politik, tetapi juga mengenai sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, peningkatan skill (upgrade skill) dan pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pembekalan usaha (entrepreneur) bagi generasi muda.

"Politik dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dilepas-pisahkan," pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang tokoh muda NTT, Willy Goran, yang juga turut hadir dalam diskusi tersebut ketika berdialektika dengan para panelis menyatakan, "Ada pergeseran nilai dan moral para kaum muda diadu domba hanya karena kepentingan politik semata, sekarang saatnya kita bangkit dan sadar bersama," ujar Willy.

Kemudian, Stanislaus Nong sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, ia menyebutkan bahwa acara itu sangat luar biasa dan positif, membuka cakrawala berpikir yang baru tentang politik, sehingga kedepannya dapat menciptakan pemimpin yang berkualitas dan merakyat.

"Hendaknya kita menjadi orang Batam, sekalipun kita berasal dari timur sebab dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, berbaur dan bersatu padu dengan entitas masyarakat suku-suku yang lain tanpa membedakan siapapun dia," ujar Stanislaus Nong. (Red)

Editor : Js