Foto : Coach Addie / Adi Supriadi, M.M. (dok/ist) |
Oleh : Coach Addie | Adi Supriadi, M.M.
Jejaksiber.com - Keputusan yang bijak adalah mengasah kebijaksanaan dalam menghadapi setiap lelah, rasa sakit, gelisah, kesedihan, luka lara, patah hati, dan kesulitan yang kita alami. Kita dituntut untuk mencapai penerimaan melalui rasa ridha, keikhlasan, dan ketenangan hati. Dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai cobaan, keyakinan akan pengampunan dari Allah SWT merupakan harapan yang membawa ketenangan batin.
Tidak ada manusia yang lepas dari mengalami masa-masa sulit. Namun, apa yang membedakan adalah cara seseorang menghadapinya dan bagaimana dia memandang setiap permasalahan. Allah SWT adalah Maha Pengampun yang siap memaafkan dosa-dosa hamba-Nya jika mereka berserah diri dan menerima segala ujian dengan lapang dada. Rasulullah Muhammad SAW juga menekankan pentingnya menjaga hati yang ridha dan ikhlas dalam haditsnya yang mengatakan, "Sesungguhnya sabar itu pada saat kesulitan pertama kali." Dalam keterbatasan dan rasa sakit, sikap ridha dan ikhlas akan menjadi kunci untuk mendapatkan ampunan dari-Nya.
Ketika menghadapi lelah yang tak terhindarkan, tidak jarang kita merasa begitu lemah dan ingin menyerah. Namun, dengan menyadari bahwa Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa kita dengan syarat hati yang ridha dan ikhlas, kita diberikan kekuatan dan semangat untuk terus berjuang. Imam Ghazali, salah seorang ulama terkemuka dalam sejarah Islam, mengatakan, "Cinta adalah api yang mempertahankan hubungan antara Allah dan hamba-Nya. Ridha adalah sarralin (pilar) cinta itu." Melalui keikhlasan, kita mampu mencintai Allah SWT dan menerima segala perintah-Nya, bahkan ketika menghadapi kesulitan yang tampak tak terlupakan.
Luka lara dan patah hati merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan ini. Terkadang, kita terluka oleh orang-orang yang kita sayangi atau kehilangan sesuatu yang kita anggap berharga. Namun, dalam keadaan seberat apa pun, kita harus berusaha menjaga hati agar tetap ridha dan ikhlas. Karena ketika kita mampu merelakan segala persoalan dan penderitaan ini, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita. Imam Al-Ghazali juga mengatakan, "Kesulitan adalah anugerah yang mendorong manusia untuk menyadari kelemahan dan kedekatan dirinya dengan Allah."
Salah satu contoh nyata mengenai pentingnya memiliki hati yang ridha dan ikhlas adalah kisah Nabi Ayub AS. Nabi Ayub adalah sosok yang dikenal dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan yang begitu berat berupa penyakit yang dialaminya. Meskipun mengalami penderitaan yang luar biasa, Nabi Ayub tetap memegang teguh imannya dan berserah diri kepada kehendak Allah SWT. Akhirnya, Allah SWT menyembuhkan penyakitnya dan memperbaharui kehidupan Nabi Ayub dengan anugerah-Nya. Kisah ini mengajarkan kita untuk menjaga hati yang ridha dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan dan kesulitan.
Dalam mengarungi perjalanan hidup ini, kita juga disarankan untuk membaca dan menghayati Al-Quran. Di dalam Al-Quran, terdapat banyak ayat yang mengingatkan kita tentang pentingnya hidup dengan hati yang ridha dan ikhlas. Firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 126 menjelaskan, "Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan yang serupa dengan apa yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itu termasuk hal yang terpuji." Ayat ini memberikan petunjuk bahwa dengan bersabar dan merelakan apa yang menimpa, kita akan mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT.
Jadi, setiap lelah, rasa sakit, gelisah, kesedihan, luka lara, patah hati, dan kesulitan yang kita alami akan menjadi sebab dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT jika kita mampu menjaganya dengan hati yang ridha, ikhlas, dan merelakan. Sikap ini akan membawa kita pada kekuatan dan ketenangan hati dalam menghadapi cobaan hidup. Dalam memperoleh hati yang ridha dan ikhlas, kita dapat mengambil contoh dari kisah Nabi Ayub dan menghayati ajaran Al-Quran. Oleh karena itu, mari kita jaga hati kita agar selalu dalam keadaan ridha dan ikhlas dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.