Foto : Ilustrasi Pilkada melawan kotak kosong. (dok/ist/Js) |
Jakarta, JejakSiber.com - Menjelang Pilkada serentak 2024, terkesan ada agenda setting Jakarta yang dinilai dapat menyakiti Orang Asli Papua (OAP) dan mengganggu stabilitas di Papua.
Hal itu terlihat dari banyak irisan kepentingan yang berujung pada fenomena "kotak kosong". Calon tertentu dapat membeli rekomendasi Partai sehingga calon berkualitas tidak mendapat kesempatan.
Fenomena ini dikhawatirkan akan menciptakan dinamika politik di Papua, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa partai politik turut berperan dalam merusak fondasi demokrasi di wilayah tersebut.
Langkah-langkah yang diambil oleh beberapa partai politik tidak hanya mengancam stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), tetapi juga membatasi ruang bagi tokoh-tokoh berkualitas yang ingin maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Papua.
Fenomena "kotak kosong" dalam Pilkada menjadi salah satu indikator kerusakan demokrasi apalagi untuk Papua yang mencoba hadir dan bangkit dari ketertinggalan.
Fenomena "kotak kosong" menunjukkan bahwa masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan terlibat secara aktif dalam proses politik.
Hal ini tidak hanya mengurangi pilihan politik yang tersedia bagi masyarakat, tetapi juga menutup peluang bagi figur-figur potensial yang ingin berkontribusi bagi daerah mereka melalui jalur politik sehingga dapat mengganggu stabilitas di Papua.
Orang Asli Papua (OAP) perlu mensetting sendiri agenda pembangunan sesuai kebutuhannya. Jangan sampai Jakarta terlibat terlalu jauh dalam menentukan Gubernur Provinsi Papua atau Provinsi lain di tanah Papua.
Cukuplah siapkan saja penyelenggara yang adil dan jujur demi kemajuan Tanah Papua. (*/Agus)
Editor : Js