Header Ads Widget

Warga Batu Aji Keluhkan Asap dan Abu dari Pabrik Arang

Foto : Warga Batu Aji Keluhkan Asap dan Abu dari Pabrik Arang. (dok/ist/tim)

Batam, JejakSiber.com - Aktivitas pembakaran arang kelapa yang diduga kuat milik PT Energi Murtiperkasa (nama dari google map) di kawasan RT.03/RW.19 Kelurahan Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam kembali dikeluhkan warga.

Berdasarkan titik koordinat 1°02'05"N 103°55'23"E yang dicek melalui Google Earth, lokasi pabrik tersebut tidak menampilkan papan nama perusahaan. Menurut warga, perusahaan itu sebelumnya dikenal dengan nama PT BKN dan diperkirakan telah beroperasi selama 7–9 tahun.

Sejumlah warga menuturkan bahwa sejak awal berdiri, pabrik tersebut berkembang perlahan.

“Awalnya berserak, pelan-pelan berdiri pagar pakai seng, naiklah beton, lalu workshop pun berdiri karena semakin banyak pekerja. Dulu yang kerja hanya 2–3 orang,” ujar seorang warga RT.01/RW.19.

Masalah utama yang dirasakan warga adalah asap dan abu pembakaran yang mengarah ke permukiman. Warga mengaku dinding rumah berubah hitam, pakaian berbau asap, hingga aktivitas sehari-hari terganggu.

“Kalau bisa nggak ada asap, silakan berdiri. Tapi jangan ada asap. Itu ke mana-mana asapnya, kena kami. Dinding rumah kami aja hitam-hitam,” kata seorang warga RT.03/RW.19.

Menurut penuturan warga, proses di pabrik meliputi pembakaran tempurung kelapa menjadi arang, limbah abu sisa kemudian dipres menjadi briket.

Meski warga mengakui kondisi saat ini “sudah mendingan” dibanding sebelum pabrik memiliki cerobong, asap tetap keluar dan memberikan dampak. Salah satu warga RT.03/RW.19 menyebut persoalan abu menjadi yang paling mengganggu.

“Kami nyapu rumah itu empat kali sehari, karena setiap pagi abunya numpuk. Siang numpuk, sore, dan malam. Abunya pun nempel di dinding,” ujarnya.

Warga lainnya juga menyampaikan bahwa sekitar 20 jiwa yang tinggal dalam radius 100 meter dari pabrik terdampak langsung oleh paparan asap dan abu. Warga berharap pemerintah meninjau ulang izin atau operasional pabrik tersebut. “Kalau bisa ditutup,” ujar sebagian warga kepada wartawan, Kamis (4/12/25).

Hingga berita ini diterbitkan, tim media ini sedang berupaya melakukan konfirmasi kepada pihak perusahaan serta pihak-pihak terkait termasuk ke pemerintah setempat mengenai perijinan usaha tersebut. 

Warga berharap ada langkah tegas dan solusi konkret terkait pengendalian emisi dari pabrik tersebut agar aktivitas industri tidak terus mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat sekitar. (Tim/*)

Editor : Js